Hari Pangan Sedunia 2025: Tekad Wujudkan Hak atas Pangan dan Ketahanan Global


Jakarta,
 MitraBhayangkara.my.id — Hari ini dunia memperingati Hari Pangan Sedunia (World Food Day), sebuah momentum tahunan yang mengajak negara, lembaga, dan masyarakat sipil untuk kembali memfokuskan perhatian pada tantangan pangan global, keadilan akses pangan, dan aksi nyata demi masa depan yang lebih berkelanjutan. (16 Oktober 2025)

Tema global yang diusung pada peringatan tahun ini adalah “Hand in Hand for Better Foods and a Better Future”, yang menyerukan kolaborasi lintas sektor dalam menata sistem pangan agar lebih tangguh, inklusif, efisien, dan berorientasi ke kesejahteraan semua orang. 


Dalam upacara Global World Food Day 2024, Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu menekankan bahwa pangan adalah hak dasar manusia dan menyerukan komitmen baru:

“Food is a basic human right … we must make this happen. Transforming our agrifood systems to be more efficient, inclusive, resilient and sustainable is the key to ensuring that everyone has access to adequate foods and healthy diets.”

 

Acara global tersebut menetapkan bahwa lebih dari 2,8 miliar orang saat ini tidak mampu membeli makanan sehat, sementara sekitar 730 juta orang menghadapi kelaparan kronis.


Peringatan tersebut mengajak sistem pangan global mendukung petani kecil, pelaku usaha mikro, serta menjaga keberlanjutan budaya pangan tradisional agar pangan yang bergizi tersedia untuk semua. 


Peringatan Hari Pangan Sedunia di Indonesia juga didorong oleh komitmen konkret dari pejabat terkait. Dalam peringatan HPS 2024, Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, menyampaikan bahwa hak atas pangan mencakup tidak hanya ketersediaan, tetapi juga aksesibilitas, pemerataan distribusi, keberlanjutan, dan gizi:

“Hak atas pangan tidak hanya mencakup ketersediaan bahan pangan, tetapi juga aksesibilitas, keberlanjutan, dan pemerataan dalam distribusi pangan… masyarakat juga harus mendapatkan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.” Badan Pangan Nasional

Arief juga menegaskan bahwa Indonesia perlu mengurangi ketergantungan terlalu tinggi terhadap satu jenis pangan, seperti beras, dan memperkuat diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal seperti umbi-umbian, jagung, dan sorgum. Badan Pangan Nasional+1

Lebih lanjut, selama periode HPS 2024, pemerintah melalui NFA bersama pemerintah provinsi/kabupaten/kota serta pelaku usaha menyelenggarakan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak di ratusan titik untuk menjangkau masyarakat yang berpenghasilan rendah dan rentan pangan. Badan Pangan Nasional

Menanggapi peringatan HPS ke-38 (tahun 2018), Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pernah menegaskan bahwa pemerintah akan memaksimalkan pemanfaatan lahan rawa sebagai lahan pertanian produktif demi mendukung ketahanan pangan nasional, menyongsong visi Indonesia sebagai “lumbung pangan dunia” pada 2045. Setneg


Meski sudah ada upaya dan komitmen, sejumlah tantangan besar masih membayang:

  • Perubahan iklim & cuaca ekstrem — contohnya fenomena El Niño memicu kekeringan dan kegagalan panen di beberapa wilayah Indonesia. Universitas Gadjah Mada+1

  • Ketergantungan pangan impor atau satu jenis pangan pokok — bila produksi internal terganggu, ketahanan pangan bisa sangat rentan.

  • Distribusi yang timpang — walau produksi cukup, distribusi yang tidak merata menjadikan sebagian daerah kekurangan pangan.

  • Akses ekonomi & daya beli — masyarakat berpenghasilan rendah sering kali tak mampu membeli pangan bergizi meski tersedia secara fisik.


Untuk menjadikan Hari Pangan Sedunia lebih dari sekadar simbol, berikut langkah nyata yang dapat digerakkan:

  1. Kampanye edukasi publik – tentang pentingnya gizi seimbang, diversifikasi pangan lokal, dan pengurangan sampah makanan.

  2. Gerakan menanam pangan lokal – pekarangan rumah atau kebun sekolah untuk menambah ketahanan lokal.

  3. Program pangan murah / distribusi lokal – seperti Gerakan Pangan Murah untuk menjangkau yang rentan.

  4. Dukungan kebijakan dan regulasi – agar harga produksi petani terjamin, distribusi pangan efisien, dan insentif untuk inovasi pertanian berkelanjutan.


Dengan dukungan pernyataan dari FAO dan pejabat nasional, Hari Pangan Sedunia 2025 menjadi momentum strategis untuk memperkuat semangat bahwa pangan adalah hak, bukan sekadar komoditas. Dalam situasi dunia yang terus berubah — dari tantangan iklim, konflik, hingga tekanan ekonomi — kolaborasi global dan gerakan lokal harus berjalan seiring agar visi “no one left behind” (tak ada yang tertinggal) benar-benar terwujud dalam praktik.


(75)

Post a Comment

Selamat Datang

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

Lebih baru Lebih lama
Post ADS 1