Medan, Sumatera Utara MitraBhyangkara.my.idFenomena mengejutkan mengguncang kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. Air yang selama ini dikenal jernih dan menjadi ikon keindahan, kini mendadak berubah keruh kekuningan. Lebih memilukan, ribuan ikan ditemukan mengapung tak bernyawa, menimbulkan kepanikan warga.
Video mengiris hati ini pertama kali diunggah oleh akun Facebook Rodiah Manik dan sontak viral di media sosial. Warga, wisatawan, hingga akademisi dan pemerhati lingkungan kini bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi dengan Danau Toba?
Dalam video tersebut, gelembung-gelembung muncul dari dasar danau. Para ahli menduga, ini tanda pelepasan gas hidrogen sulfida (H₂S) — gas beracun hasil pembusukan bahan organik tanpa oksigen di dasar danau.
“Jika benar ini H₂S, maka kita sedang berhadapan dengan potensi bencana ekologis yang serius. Dalam hitungan menit, gas ini bisa mematikan populasi ikan,” ujar seorang pemerhati lingkungan yang enggan disebut namanya.
Namun, fenomena ini tak hanya dilihat dari sisi ilmiah. Masyarakat Batak percaya Danau Toba adalah entitas hidup yang sakral. Pelanggaran adat, keserakahan, dan perusakan alam diyakini dapat memicu “kemarahan roh penjaga danau.”
“Banyak yang lupa menghormati danau ini. Ini bukan sekadar fenomena ilmiah — ini peringatan dari alam,” kata seorang tokoh adat setempat.
Aktivis lingkungan menuntut pemerintah segera turun tangan. Uji laboratorium terhadap sampel air dan bangkai ikan harus dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab.
“Danau Toba bukan hanya milik Sumatera Utara. Ia adalah warisan bangsa dan dunia. Kalau hari ini kita diam, besok mungkin terlambat,” tegas seorang aktivis dari komunitas Geopark Watch.
Fenomena ini berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang mewajibkan pemerintah dan setiap pihak menjaga kelestarian ekosistem serta mengambil langkah cepat atas pencemaran dan kerusakan lingkungan.
(Parlin Marbun).