Dairi - MitraBhayangkara.my.id - Sebuah kejadian yang menghebohkan terjadi di SD INPRES Lingga Tengah, Desa Lingga Raja II, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Seorang jurnalis dari Mitra Bhayangkara yang hendak meliput kondisi memprihatinkan sekolah tersebut, justru dihadang oleh guru dan kepala sekolah.
Pada Sabtu, 28 September 2024, jurnalis tersebut tiba di sekolah dan berusaha menemui kepala sekolah, Boru Surbakti. Namun, kepala sekolah dengan enteng menolak untuk diwawancarai dengan alasan "sibuk".
Tak hanya itu, saat jurnalis mencoba melihat kondisi ruang kelas yang rusak, seorang guru kelas II, Boru Haloho, langsung mengunci pintu kelas dan meninggalkan jurnalis tersebut.
"Saya izin buk, belum lagi saya konfirmasi, kepala sekolah langsung bilang 'Saya lagi zoom, Pak'," ujar jurnalis tersebut.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar tentang sikap tertutup dan kurang transparannya pihak sekolah dalam menghadapi media.
"Seolah-olah mereka alergi terhadap wartawan. Padahal, seharusnya sekolah terbuka untuk dikritik dan diawasi," ujar seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya.
Kondisi sekolah yang memprihatinkan, dengan bangku-bangku rusak dan rawan ambruk, menjadi sorotan utama dalam laporan jurnalis tersebut. Namun, upaya untuk mengungkap fakta dan mencari solusi justru dihalangi oleh pihak sekolah.
"Mengacu kepada Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik, Sengaja tidak menyediakan informasi yang harus diumumkan berkala, tersedia setiap saat, dan serta merta yang mengakibatkan kerugian orang lain dipidana 1 tahun kurungan dan/atau denda maksimal 5 juta (Pasal 52)," ujar sumber yang enggan disebutkan namanya.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen pihak sekolah terhadap transparansi dan akuntabilitas publik. Apakah pihak sekolah takut dengan sorotan media atas kondisi sekolah yang memprihatinkan?
Kejadian ini menjadi bukti bahwa masih banyak sekolah yang belum memahami pentingnya transparansi dan akuntabilitas publik. Diharapkan kejadian ini menjadi pembelajaran bagi pihak sekolah untuk lebih terbuka dan transparan dalam menjalankan tugasnya.
(Baslan Naibaho)