SAMBAS Kalimantan Barat {MitraBhayangkara.my.id} Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, menyampaikan komitmennya untuk menuntaskan pembangunan kawasan Waterfront Sambas yang mangkrak sejak lama di depan Keraton Sambas.Proyek ini dijadwalkan kembali dikerjakan pada tahun 2026 dan ditargetkan rampung pada 2027.
“Waterfront di depan Keraton akan kita lanjutkan mulai 2026. Kami juga telah merancang berbagai pembangunan lain di kawasan tersebut,” ujar Norsan, Rabu (23/04/2025).
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Swadaya Masyarakat Monitor Aparatur Untuk Negara dan Golongan (LSM MAUNG) Kalbar, Andri Mayudi, mendesak Gubernur Kalimantan Barat agar menunjukkan komitmen serius dalam melanjutkan pembangunan kawasan waterfront di sekitar Istana Alwatzikhoebillah Sambas. Ia menekankan bahwa pembangunan tersebut harus dilakukan dengan kajian yang matang agar tidak mengulangi kegagalan pada tahap sebelumnya jangan Sampai terbiar berlarut-larut.
Menurut Andri, pembangunan tahap pertama terbukti gagal dan menyebabkan kerugian negara serta kerusakan lingkungan. Hal ini dinilai sangat disayangkan mengingat kawasan tersebut merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan warisan penting bagi masyarakat Sambas dan Kalimantan Barat secara umum.
“Pembangunan ini jangan sampai hanya mengejar proyek fisik, tapi harus berbasis pada kajian menyeluruh. Jangan sampai kesalahan lama terulang, karena dampaknya bukan hanya pada anggaran negara, tapi juga merusak kawasan yang seharusnya dilindungi. Harus ada kajian lingkungan, sosial, dan teknis yang komprehensif agar hasilnya maksimal dan tidak menimbulkan masalah baru di masa depan,” ujarnya.Kamis (24/04/25).
Ia juga meminta agar seluruh pihak terkait, termasuk dinas teknis, konsultan, dan pelaksana proyek, lebih transparan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tahap berikutnya.
Dengan komitmen yang kuat dan kajian mendalam, ia berharap kawasan waterfront ini dapat menjadi ikon baru pariwisata Kalbar tanpa mengulang kegagalan masa lalu.” ujar Andri.
Ketua DPD MAUNG Kalbar menambahkan bahwa Istana Alwatzikhoebillah bukan sekadar simbol sejarah, tetapi juga aset budaya yang harus dijaga dengan serius. Oleh karena itu, ia meminta agar semua proses pembangunan dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan dan melibatkan para ahli serta masyarakat setempat.
“Komitmen Gubernur Kalbar sangat kami harapkan, agar pembangunan tidak hanya berjalan, tetapi juga tepat sasaran dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi warisan budaya kita,” tegasnya.
Andri juga menyatakan bahwa LSM MAUNG Kalbar akan terus mengawal proses ini dan siap memberikan masukan serta kritik konstruktif demi keberhasilan pembangunan yang berpihak pada rakyat dan kelestarian budaya.
Sumber : DPD LSM MAUNG Kalbar
(Red/Budiman.MB)