MitraBhayangkara.my.id, Bengkayang - Bidai bide atau Kassah bide merupakan hasil seni karya tradisional masyarakat Bidayuh yang terbuat dari lembaran anyaman kulit kayu dan rotan. Anyaman ini memiliki bentuk yang khas alam dan kuat, serta tahan lama. Pada masa lalu, bidai atau kassah bide sering digunakan untuk menjemur hasil panen dan sebagai perlengkapan rumah.
Salah satu contoh anyaman bidai berasal dari Jagoi Babang, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Produk lokal seperti bidai bide merupakan simbol identitas daerah dan memegang peran penting dalam melestarikan warisan budaya dan tradisi.
Ketua Koperasi Produsen Bung Topui Labag Luag, Supardi, menjelaskan bahwa produk anyaman dari rotan seperti bidai, bakul, takin, tambok, pungki, dan lainnya akan dipasarkan. Anyaman bakul memiliki berbagai fungsi, mulai dari tempat sampah hingga tempat beras dan sayur-sayuran. Produk anyaman pongki digunakan untuk mengangkut tanah, sementara anyaman bidai dari kulit kayu berasal dari Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang.
Supardi menyatakan bahwa kulit kayu di Jagoi Babang semakin sulit didapatkan karena faktor kelangkaan hutan. Produk anyaman dari Jagoi Babang pertama kali dipasarkan ke Kota Pontianak sebelum diarahkan ke Kabupaten Bengkayang dan bahkan diekspor ke Malaysia.
Supardi menambahkan bahwa penjualan di Malaysia memiliki potensi omset yang menjanjikan. Meskipun penjualan di dalam negeri cenderung sulit, penjualan ke Malaysia dinilai lebih menguntungkan. Namun, kendala utama yang dihadapi adalah perizinan untuk ekspor dan impor yang belum disiapkan dengan baik.
Harapannya adalah semakin banyak masyarakat yang datang ke Jagoi Babang untuk membeli produk anyaman tradisional seperti Bidai. Produk ini menarik minat masyarakat lokal maupun dari Malaysia, dan diharapkan dapat terus berkembang di pasar domestik maupun internasional.
(Budiman)