Pontianak,Kalbar,Mitra Bhayangkara.my.id — Sengketa lahan kembali menelan korban. Kali ini, satu keluarga kecil yang tengah mencari nafkah justru menjadi sasaran pengeroyokan brutal oleh sekelompok orang tak dikenal (OTK). Peristiwa memilukan itu terjadi sesaat setelah para korban selesai berjualan dan hendak beres-beres di lokasi yang diduga menjadi objek sengketa perdata.
Akibat aksi brutal tersebut, tujuh orang dari satu keluarga mengalami luka dan trauma berat. Tragisnya, sang ayah mengalami serangan jantung akibat syok dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Peristiwa bermula saat keluarga korban tengah merapikan dagangan. Tanpa peringatan, sekelompok orang tiba-tiba datang dan secara paksa merobek baliho yang terpasang di lokasi kejadian.
“Tiba-tiba ada orang yang kami tidak tahu datang dan langsung merobek baliho. Kami bertanya kenapa disobek. Di situ ada lafaz Lailahaillallah. Kami hanya mempertahankan,” ungkap Putri Luwita (21), salah satu korban, yang juga seorang mahasiswi, kepada wartawan.
Menurut Putri, para pelaku mengklaim memiliki hak atas properti di sekitar lokasi, namun identitas mereka sama sekali tidak dikenal oleh keluarga korban.
“Mereka mengaku sudah membeli atau menyewa rumah sebelah. Tapi kami tidak kenal mereka siapa. Tidak ada komunikasi. Mereka datang langsung menyerang,” tegasnya.
Pengeroyokan Brutal, Perempuan Jadi Sasaran
Aksi kekerasan berlangsung cepat, brutal, dan tanpa kendali. Para pelaku bukan hanya melakukan pemukulan, tetapi juga melemparkan kursi dan perabotan ke arah korban, yang mayoritas adalah perempuan.
“Kursi-kursi dilempar semua. Barang-barang dilempar. Kami di sini banyak perempuan,” ujar Putri sambil menunjuk barang bukti di lokasi kejadian.
Akibat kejadian itu, Teguh, ayah Putri, mengalami serangan jantung dan kini dirawat di rumah sakit. Sementara sang ibu, Ita, mengalami luka akibat tertimpa sepeda motor dan aksi kekerasan para pelaku. Tiga anggota keluarga lainnya langsung mendatangi Polresta setempat untuk melapor dan menjalani visum.
“Total korban ada tujuh orang. Bapak saya kena serangan jantung. Ibu saya tertimpa motor dan juga diserang. Kami semua trauma,” ucap Putri dengan suara bergetar

Ancaman Terbuka, Keluarga Hidup dalam Ketakutan
Tak berhenti pada kekerasan fisik, para pelaku juga diduga melontarkan ancaman serius yang membuat keluarga korban ketakutan.
“Dia mengancam, katanya ‘tunggu kamu di luar’. Kami sangat takut. Kami ini hanya orang kecil yang cari makan,” kata Putri.
Merasa keselamatan mereka terancam dan hukum belum memberi rasa aman, keluarga korban pun memohon perlindungan serius dari aparat penegak hukum hingga Presiden Republik Indonesia. Mereka menilai tindakan para pelaku sudah menyerupai pola mafia tanah yang bertindak sewenang-wenang.
“Kami mohon perlindungan dari masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah kota, bahkan sampai ke Presiden. Kami di sini mencari nafkah, tapi justru dikeroyok. Kami mempertahankan hak orang tua kami, hak kakek nenek moyang kami,” pungkas Putri.
Saat ini, kasus pengeroyokan tersebut telah resmi dilaporkan ke pihak kepolisian. Para korban menjalani visum sebagai bagian dari proses hukum. Publik kini menunggu langkah tegas aparat penegak hukum agar keadilan benar-benar ditegakkan dan tragedi serupa tidak kembali terulang.
Harian62 berkomitmen menyajikan berita faktual, berimbang, dan berpihak pada nilai keadilan, dengan menjunjung tinggi prinsip cover both sides serta keberanian menyuarakan kepentingan publik.
(Budi Gautama/BSG)



