Bahaya Gula Rafinasi: Ancaman Senyap di Balik Manis yang Mematikan

Ilustrasi bahaya gula rafinasi yang dapat memicu diabetes, obesitas, dan penyakit jantung jika dikonsumsi berlebihan

MitraBhayangkara.my.idGula rafinasi masih menjadi konsumsi harian mayoritas masyarakat Indonesia. Tersembunyi dalam minuman manis, makanan kemasan, hingga jajanan anak-anak, gula jenis ini kerap dikonsumsi tanpa disadari jumlah dan dampak jangka panjangnya. Padahal, para ahli dan lembaga kesehatan dunia telah lama memperingatkan bahayanya.


Apa Itu Gula Rafinasi?

Gula rafinasi adalah gula putih hasil pemurnian tinggi dari tebu atau bit gula melalui proses kimia dan pemanasan ekstrem. Proses ini menghilangkan hampir seluruh zat gizi alami, menyisakan karbohidrat murni yang cepat diserap tubuh dan menyebabkan lonjakan gula darah secara drastis.


Peringatan Keras dari WHO

World Health Organization (WHO) secara tegas merekomendasikan konsumsi gula bebas (free sugars), termasuk gula rafinasi, tidak lebih dari 10 persen dari total asupan energi harian, dan bahkan menyarankan batas ideal di bawah 5 persen atau setara dengan maksimal 25 gram (sekitar 6 sendok teh) per hari untuk orang dewasa.

WHO menegaskan, konsumsi gula berlebih berkontribusi langsung terhadap meningkatnya kasus obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga karies gigi, yang kini menjadi masalah kesehatan global.


Data Kemenkes RI: Konsumsi Gula Terlampau Tinggi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Pedoman Gizi Seimbang menyebutkan bahwa batas konsumsi gula harian masyarakat Indonesia adalah maksimal 50 gram atau 4 sendok makan per orang per hari.

Namun fakta di lapangan menunjukkan konsumsi gula masyarakat jauh melampaui angka tersebut, terutama dari minuman berpemanis dalam kemasan. Kemenkes RI mencatat, tingginya konsumsi gula menjadi salah satu faktor utama melonjaknya prevalensi diabetes melitus di Indonesia yang kini masuk 10 besar dunia.


Pendapat Dokter: Gula Rafinasi Merusak Secara Perlahan

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Andri Prasetyo, Sp.PD, menjelaskan bahwa gula rafinasi bekerja sebagai “racun perlahan” bila dikonsumsi berlebihan.

“Gula rafinasi menyebabkan lonjakan insulin yang berulang. Dalam jangka panjang, sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin dan inilah pintu masuk diabetes, obesitas, dan penyakit jantung,” ujarnya.

Menurut dr. Andri, yang berbahaya adalah sifat gula rafinasi yang cepat diserap namun tidak memberi rasa kenyang, sehingga mendorong konsumsi berlebih tanpa disadari.


Ahli Gizi: Kalori Kosong yang Menipu Tubuh

Hal senada disampaikan oleh Ahli Gizi Klinis, Siti Rahmawati, S.Gz, yang menekankan bahwa gula rafinasi hanyalah kalori kosong.

“Tidak ada vitamin, mineral, atau serat. Tubuh hanya mendapat lonjakan energi sesaat lalu kelelahan. Inilah yang memicu kecanduan gula,” jelasnya.

Ia menambahkan, konsumsi gula rafinasi berlebih juga terbukti meningkatkan risiko perlemakan hati non-alkohol (fatty liver), bahkan pada individu yang tidak mengonsumsi alkohol.


Dampak pada Anak dan Generasi Muda

Kemenkes RI juga memperingatkan bahwa anak-anak merupakan kelompok paling rentan. Konsumsi gula rafinasi berlebih pada anak dapat memicu obesitas dini, gangguan konsentrasi, hiperaktivitas, serta kebiasaan makan tidak sehat yang terbawa hingga dewasa.

Tak hanya itu, gula rafinasi menjadi penyebab utama kerusakan gigi pada anak, yang kini prevalensinya terus meningkat di Indonesia.


Solusi: Kembali ke Pemanis Alami

Para ahli menyarankan masyarakat mulai mengurangi gula rafinasi dan beralih ke pemanis alami seperti gula aren, madu murni, atau stevia alami, serta memperbanyak konsumsi buah utuh dibanding jus kemasan.

Membaca label kandungan gula pada produk makanan dan minuman juga menjadi langkah penting untuk melindungi kesehatan keluarga.


Kesimpulan

Bahaya gula rafinasi bukan isapan jempol. Data WHO, peringatan Kemenkes RI, serta pendapat para ahli menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih adalah ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat.

Manis boleh, sehat wajib. Mengendalikan gula rafinasi hari ini adalah langkah kecil untuk menyelamatkan masa depan kesehatan bangsa. 


(Redaksi)

Post a Comment

Selamat Datang

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

Lebih baru Lebih lama
Post ADS 1