Samosir, Sumatera Utara MitraBhayangkara.my.idKemarau panjang yang terjadi selama kurang lebih 6 bulan di Samosir berdampak pada gagal panen tanaman di desa Hutaginjang Kecamatan Palipi yang sebagian besar kehidupan masyarakatnya bergantung pada pertanian.
Selain itu, masyarakat yang mengharapkan curah hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, selama musim kemarau terpaksa harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli air dengan harga bervariasi sesuai dengan jarak yang ditempuh, mulai dari Rp.100ribu, 120ribu hingga 150ribu per balteng nya.
Keluhan tersebut diketahui awak media saat berbincang bincang dengan Kepala Desa (Kades) Hutaginjang, Ropendi Sinaga dikantornya Senin, (29/09/2025).
Selama musim kemarau, kades menceritakan pernah mengajukan permohonan bantuan air bersih ke dinas terkait untuk dibagikan ke warganya. permohonan terealisasi namun hanya 3 kali datang untuk memberi bantuan.
Kades juga mengungkapkan, ada beberapa sumber air didesanya seperti waduk yang dimanfaatkan warga untuk mandi dan mencuci saat musim kemarau. Namun ia merasa prihatin karena waduk yang hampir kering digunakan juga untuk permandian kerbau. Bahkan Kades mengatakan malu dan tidak berani mem viralkan.
"Ima dabah na ungeri, namabiar do iba jala maila mamviralhon, disima maridi horbo dohot jolma, Disi ma dohot manyuci." (Itulah yang paling ngeri, saya merasa takut dan malu untuk mem viralkan disanalah tempat mandi kerbau dan manusia, juga tempat me nyuci.). Ungkap kades.
Saat ditanya terkait program kedepan untuk mengatasi kesulitan air bersih di desanya, kades mengatakan, sejak tahun 2020 pihaknya telah mengajukan permohonan untuk pengadaan penyaluran air bersih seperti Pamsimas. Namun sampai saat ini permohonan tidak terealisasi.
Setelah berbincang bincang cukup lama, awak media menelusuri waduk yang dimanfaatkan warga saat musim kemarau. Saat tiba dilokasi, terlihat beberapa warga sedang mengisi air yang tampak keruh kedalam jerigen untuk dibawa kerumah dan anak anak mencuci piring. Selain itu tampak beberapa kerbau ditambatkan di tepi waduk.
Landen Sinaga salah seorang warga saat ditanya awak media mengatakan, Air yang diambil digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
(Kirman Sidabutar).