Didampingi keluarga, Hotman Malau (kakak kandung Andre), serta sejumlah awak media, Tirani mendatangi Polres Dairi untuk meminta kejelasan langsung dari Kasat Reskrim terkait alasan penangkapan anaknya. Ia menegaskan, penangkapan dilakukan tanpa pemberitahuan kepada keluarga dan tanpa surat resmi penangkapan.
“Anak saya dibawa tanpa pemberitahuan, surat penangkapannya baru kami terima dua jam setelahnya. Itupun diantar oleh seorang gadis remaja, bukan oleh pihak kepolisian,” ujar Tirani dengan nada kecewa.
Kronologi: Bola Voli Jadi Pemicu
Kasus ini bermula saat Andre Malau terlibat cekcok dengan SS, seorang aparat desa setempat. Menurut keterangan warga, insiden dipicu oleh tindakan SS yang merusak bola voli ketika sedang berlangsung pertandingan di lapangan milik keluarga Malau.
Andre yang merupakan adik dari pemilik lapangan, menegur SS. Namun, teguran tersebut berujung adu mulut hingga perkelahian fisik. Beberapa saksi mata menegaskan bahwa kedua belah pihak saling pukul.
“Jelas kami melihat, bukan hanya Andre yang memukul, tapi mereka berkelahi sama-sama,” kata Fransisco Naibaho, salah satu saksi mata.
Saksi Kontroversial dan Dugaan Tekanan Politik Desa
Kejanggalan semakin mencuat setelah adanya informasi bahwa salah satu saksi yang dilibatkan dalam pemeriksaan Polres Dairi ternyata tidak berada di lokasi kejadian. Hal ini diungkapkan warga serta diperkuat pernyataan anggota BPD, Siman Marpaung.
Siman bahkan mengaku mendapat tekanan dari pihak desa agar mau menjadi saksi yang memberatkan Andre. Ia disebut diancam pemecatan dengan alasan pelanggaran kode etik apabila tidak bersedia.
“Saya dipaksa untuk menyudutkan Andre. Kalau tidak, jabatan saya bisa dicopot. Ini jelas bentuk intimidasi,” ungkap Siman Marpaung kepada wartawan.
Tuntutan Keadilan dan Laporan Balik
Merasa anaknya diperlakukan tidak adil, Tirani Sihombing mendesak aparat penegak hukum agar tidak tebang pilih. Ia menuntut agar SS, yang diduga melakukan perusakan bola voli, juga segera diproses sesuai hukum.
Hotman Malau, selaku pemilik lapangan sekaligus kakak kandung Andre, bahkan telah melaporkan SS ke Polres Dairi atas tuduhan perusakan. “Jangan hanya adik saya yang ditangkap. Kalau bicara hukum, SS juga harus bertanggung jawab,” tegas Hotman.
Tirani pun meminta Kapolda Sumut Irjen Pol Wisnu Hermawan turun tangan mengawasi jalannya penanganan kasus. Ia mengancam akan membawa kasus ini ke ranah hukum lebih tinggi dengan melibatkan pengacara jika Polres Dairi tidak bersikap adil.
Respon Polres Dairi
Kasat Reskrim Polres Dairi, Iptu Wilson Manahan Panjaitan, ketika dikonfirmasi wartawan menegaskan bahwa proses penangkapan terhadap Andre sudah dilakukan sesuai prosedur.
“Segala tindakan kepolisian sudah melalui kajian dan sesuai SOP,” singkat Wilson.
Kasus ini kini menjadi perhatian publik di Dairi. Tidak hanya menyangkut persoalan pemukulan, tetapi juga soal transparansi hukum, keberpihakan aparat, serta dugaan adanya tekanan politik dari pihak desa.
Jika benar terdapat saksi palsu dan intimidasi terhadap anggota BPD, maka penanganan kasus ini berpotensi membuka ruang lebih luas untuk pengawasan dari lembaga hukum di tingkat provinsi bahkan nasional.
Masyarakat pun menunggu, apakah Polres Dairi akan menindaklanjuti laporan balik terhadap SS, ataukah kasus ini akan berakhir timpang dengan hanya menjerat Andre Malau.
Pewarta: Baslan Naibaho