Petugas Damkar Pangururan Bertugas di Bangunan Rusak dan Bau Sampah, Gaji Honorer Cuma Rp1,5 Juta


Samosir, MitraBhayangkara.my.id
– Ironi menyelimuti tugas mulia para petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Kabupaten Samosir yang bertugas di Pos Damkar Pangururan. Di tengah tanggung jawab besar menangani musibah kebakaran yang sewaktu-waktu bisa mengancam nyawa dan harta benda, para personel justru harus berjibaku dari pos yang rusak, kumuh, dan nyaris tak layak huni.


Pantauan langsung wartawan pada Selasa (27/5/2025) menunjukkan bahwa pos yang berlokasi di jantung Kota Pangururan itu hanyalah bangunan bekas panggung terbuka (open stage). Bangunannya reyot, atap bagian tengah sudah hilang, dan dindingnya tak lagi utuh. Di dalamnya, ruangan beristirahat petugas dihuni kasur-kasur busa tipis dan usang, tak layak disebut tempat tidur.


“Kalau hujan, air masuk dari atap yang bocor. Kami jadi sibuk menyelamatkan alat-alat,” ungkap Parman, salah satu petugas honorer yang berjaga di lokasi.



Fasilitas Rusak, Bau Sampah Menyengat


Kerusakan fisik bukan satu-satunya masalah. Di lahan kosong sebelah pos, warga kerap membuang sampah sembarangan, bahkan ada yang meletakkan bangkai hewan. Akibatnya, aroma tak sedap menyelimuti area pos, terutama saat musim hujan tiba.


“Sudah sering kami larang, tapi masih saja ada yang buang. Pernah ada gotong royong bareng kecamatan, tapi sisanya kami yang bersihkan sendiri,” tambahnya.


Menurut Parman, para petugas juga harus memperbaiki ruangan-ruangan secara mandiri dengan biaya pribadi. Meski bekerja 24 jam dalam sistem piket, mereka hanya menerima gaji sebesar Rp1.500.000 per bulan, plus uang makan harian Rp30.000, yang bisa dipotong jika terlambat apel atau tidak masuk kerja.


“Kalau telat sedikit, uang puding dipotong,” ujar Sinaga, rekan Parman sesama petugas honorer.



Terburuk di Samosir, Tapi Semangat Tak Luntur


Jika dibandingkan dengan pos Damkar lainnya di Kabupaten Samosir, Parman menyebut Pos Pangururan sebagai yang paling memprihatinkan. Meski demikian, ia menegaskan bahwa seluruh personel tetap menjalankan tugas dengan semangat, mengedepankan moto mereka: Pantang Pulang Sebelum Api Padam.


“Kami pernah dihujat karena dianggap lambat datang ke lokasi kebakaran. Tapi masyarakat tidak tahu kondisi kami seperti ini,” katanya dengan nada getir.


Butuh Perhatian Pemerintah


Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Samosir. Di tengah maraknya pembangunan dan belanja infrastruktur, masih ada pejuang keselamatan yang bertugas tanpa tempat layak, apalagi penghargaan yang pantas.


Dengan risiko tinggi, jam kerja panjang, dan peran vital dalam penanggulangan bencana, para petugas Damkar layak mendapat lebih dari sekadar ucapan terima kasih. Mereka membutuhkan fasilitas yang memadai, lingkungan kerja yang layak, dan tentu saja, pengakuan yang setara dengan pengorbanan mereka.


(Kirman)

Post a Comment

Selamat Datang

To be published, comments must be reviewed by the administrator *

Lebih baru Lebih lama
Post ADS 1
Post ADS 1